CATATANKUNEWS FLASH

Ully Sigar : Kepunahan Mata Air Telah Menjadi Bencana

KuSukaBumiKu.com – Setelah sekian lama tidak berjumpa dengan Bunda Ully (Ully Sigar Rusady) akhirnya aku bisa berjumpa di Sukabumi. Pertemuan singkat berlangsung pada waktu makan siang di warung nasi Ibu Baba, Jalan Selabintana, Senin (1/7/2019).

Saat itu selain aku sangat ingin berjumpa dengan Bunda Ully, juga sekaligus meminta waktu untuk wawancara. Mumpung sedang berada di Sukabumi.

Pertemuan kali pertama dengan pelantun lagu balada dan aktivis lingkungan yang menjadi salah satu inspiratorku ini di Lembah Suryakancana, Gunung Gede sekitar tahun 1990-an. Waktu itu seingatku saat Upacara Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober.

Sebelumnya aku hanya mengenal Bunda Ully melalui berita dan artikel pada media massa, seperti Kompas, Majalah Tempo, dan Mingguan Mutiara. Kalau gak salah juga pernah menyaksikan penampilannya pada siaran televisi, saat itu TVRI sekitar tahun 1980-an.

Alhamdulillah akhirnya aku bisa berjumpa lagi dengan Bunda Ully, selain wawancara, juga ngobrol banyak hal terutama masalah alam, lingkungan hingga seni budaya, termasuk kearifan tradisional. Inilah hasil wawancara bersama Bunda Ully Sigar.

Penyanyi lagu balada sekaligus aktivis lingkungan, Ully Sigar Rusady mengungkapkan bahwa Indonesia akan menghadapi bencana yang tidak terlihat, yaitu kesulitan air bersih hingga kekeringan.

“Saat ini berjuta-juta kepunahan mata air di Indonesia telah menjadi bencana yang tidak terlihat,” ungkap Bunda Ully sapaan akrabnya saat berbincang dengan KuSukaBumiKu.com di Sukabumi, Senin (1/7/2019).

Pendiri Yayasan Garuda Nusantara ini menuturkan bencana banjir, gunung meletus, atau kebakaran bisa terlihat. Begitu juga dengan gempa bumi yang akan dirasakan.

Sedangkan, dia melanjutkan, dampak punahnya mata air tersebut akan dirasakan tiba-tiba. Padahal air itu merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan manusia yang berbeda dengan makanan.

“Makanya kita harus hati-hati, dengan punahnya mata air karena akan berhadapan dengan bencana yang sangat sulit kita atasi,” tutur wanita yang telah bergerak dalam upaya penyelamatan lingkungan selama 40 tahun.

Penyelamatan mata air

Menurut dia setelah menggeluti 40 tahun lebih dengan berbagai kegiatan upaya penyelamatan lingkungan ternyata kerusakan lingkungan itu dampak kerusakan budaya. Begitu juga sebaliknya kerusakan lingkungan mengakibatkan kerusakan budaya.

Makanya, saat ini, dia bersama Yayasan Garuda Nusantara yang didirikan 1985 sangat fokus pada pelestarian mata air dengan membuat program Ekspedisi Penyelamatan Mata Air (EPMA).

Kakak artis Paramitha Rusady ini menjelaskan EPMA mencakup seluruh kegiatan penyelamatan lingkungan. Di antaranya ada penghijauan yaitu menghijauakan di daerah-daerah hulu atau di daerah resapan air.

Pembersihan sampah hingga edukasi masyarakat lokal terkait pentingnya menjaga mata air.

Saat ini EPMA menjadi program bersama, karena banyak pencinta alam mengapdosi dengan suka hati. Padahal sebelumnya EPMA hanya dilaksanakan oleh Garuda Nusantara. Bahkan di wilayah timur diadopsi pemerintah daerah.

“EPMA harus dijalankan dengan para pencinta alam sebagai tokoh-tokoh garis depan. Karena merekalah yang mampu naik turun gunung keluar masuk hutan untuk melihat kondisi mata air,” ujar dia.

Termasuk di Sukabumi, EPMA telah dilaksanakan bersama masyarakat Kesatuan Adat Banten Kidul di Kasepuhan Cipta Gelar, Kecamatan Cisolok.

Juga terbaru ada dukungan secara resmi dari para pencinta alam di Sukabumi saat perhelatan Jambore Penggiat Alam Terbuka dan Potensi Search and Rescue (SAR) di bumi perkemahan Jeep Camp, Pondok Halimun, Minggu (30/6/2019).

Selain itu dalam program EPMA di Sukabumi tersebut akan dipandu sejumlah anggota Yayasan Garuda Nusantara yang berada di Sukabumi.

Saat ini, kata wanita yang mendapatkan Satya Lencana Pembangunan dari Presiden RI (1996) beberapa anggota Garuda Nusantara mengelola bumi perkemahan Bumi Lentera Camp di kawasan wisata alam Pondok Halimun (PH) Desa Sudajayagirang, Kecamatan Sukabumi.

“Di bumi perkemahan yang berlokasi di kaki Gunung Gede sebagai sumber mata air juga akan lebih diperuntukan kepada kegiatan edukasi masyarakat agar peduli dan ramah lingkungan,” kata Bunda Ully.

Comments

comments

budiyanto sukabumi

Budiyanto hanyalah seorang individu yang sedang mengembara di muka bumi ini, dan untuk mengisi waktunya, agar dapat bermanfaat bagi semua penghuni bumi ini, lebih memilih profesi jurnalis. Dunia jurnalistik telah dikenalinya secara otodidak sejak remaja. Sejak awal, sangat berminat pada isu konservasi, lingkungan, kemanusiaan hingga petualangan serta fotografi. Situs kusukabumiku.com ini dibuat dan dibangun pada intinya sebagai media kampanye pembelaan lingkungan, alam alami, selainnya sebagai salah satu wadah untuk menyalurkan minat dan menyimpan sejumlah hasil karya jurnalistik.

Tinggalkan Balasan